Skip to content

From Victory to Vision: Catching Up with Taufan Mokoginta, World Coffee Roasting Champion 2023

The World Coffee Roasting Championship 2024 is just around the corner. It seems fitting to catch up with last year’s…

Taufan Mokoginta at World Roasting Championship 2023

| Cropster

The World Coffee Roasting Championship 2024 is just around the corner. It seems fitting to catch up with last year’s champion, Taufan Mokoginta. Taufan is the owner of Ultra Coffee in Surabaya, Indonesia. After winning the 2023 World Coffee Roasting Championship in Taipei, he has continued to make significant strides in the coffee industry. Join us as we delve into his experiences, insights, and what motivates him.

What have you been busy with recently?
I’ve been busy with roasting classes and traveling, mostly in Asia. My goal is to develop coffee agriculture and improve the yield and quality of Indonesian coffee. This is a long-term process, so currently, I’m showcasing Indonesian coffee to the world. Whenever I travel, I bring Indonesian coffee so people can taste how delicious it is. Many think Indonesian coffee is only for espresso blends, but it’s actually very versatile. I want everyone, especially outside of Indonesia, to know how tasty it is.

Can you tell us about your journey into the world of coffee and what inspired you to pursue a career in this industry?
After graduating from high school in 2013, I began my F&B journey by opening a snack bar in Jakarta with some friends. Soon after, I realized I needed to learn more about the business side. So, I decided to work at a coffee shop to gain management experience. At that coffee shop, my interest in coffee developed. As I drank coffee every day and learned more about it, I realized I had fallen in love with it.

When did you start the coffee roasting?
Interestingly, I’ve held many roles, from cashier to operational café manager, but never as a roaster initially. My roasting journey began when I was a barista. I found the challenge of making tasty coffee was closely related to how the coffee was roasted, sparking my curiosity. I started learning about roasting by taking classes, reading books, and studying online journals. In 2019, I began practicing roasting.

What was your challenge when you first learned roasting?
For me, the biggest challenge was understanding the structure and logic of roasting. You need to grasp how factors like moisture, post-harvest processing, and bean density influence the roasting process. Roasting software like Cropster has been really helpful in this.

As you mentioned Cropster, what are your favorite features in Cropster?
I appreciate how Cropster allows us to easily save and analyze data, like the roast graph, to improve my roasting techniques. Additionally, it helps ensure consistency in coffee production.

Do you have any favorite regions or types of coffee that you prefer?
Indonesian coffee!

What has been the biggest challenge in the coffee industry so far?
I think the biggest challenge is consistency—producing coffee that is not only tasty for customers but also meets the standards of coffee professionals. In Indonesia, I particularly notice a gap in achieving this consistency.

How was your preparation for WCRC and did you expect to win?
I had been preparing for two months. I can’t say whether I expected to win, but I certainly hoped to be a winner.

Any fun facts during the competition?
Yes, a fun fact is that every time I competed, I wasn’t 100% familiar with the sponsored machine. So, I took the time to learn the machine’s features to understand how to roast with it effectively.

What were the challenges during the competition?
The first challenge was the water used for cupping. When the organizers announced details like water pH for cupping, I had to adjust my roasting accordingly. Secondly, the environment posed a challenge, particularly because it was winter during WCRC last year in Taiwan. This meant the weather was different from what I’m accustomed to when roasting in Indonesia. I had to consider this factor in my roasting approach.

What was the most memorable moment for you during the World Roasting Championship, and how did it feel to be crowned the champion?
The most memorable moment was when they announced Indonesia as the winner, and it was presented to me. I felt incredibly proud that Indonesia finally became the 1st winner at the World Roasting Championship.

What advice would you give to other coffee roasters who dream of competing at the international level?
Be data-driven and objective. As roasters, we often have our preferences and biases, which can affect our cupping evaluations. So, it’s crucial to remain objective in your assessments.

What is your opinion on the current specialty coffee industry in Indonesia?
I believe it’s growing rapidly, with increased coffee consumption and improving quality. The future looks promising. However, there’s still room for improvement in terms of quality.

What do you think about the rapid growth of many cafes in Indonesia?
I believe it’s a testament to the hard work and optimism of coffee enthusiasts in Indonesia. This growth is beneficial for the Indonesian coffee industry. Additionally, the government’s support for the coffee industry is also a positive factor.

Message for your future roaster in Indonesia who wants to be like you.
Never stop learning, especially with the constant innovations and trends in the coffee industry. Even after winning the WCRC 2023, I continue to take classes to stay updated. So yeah, never stop learning; that’s the key to success.

Indonesian Version

Kejuaraan Roasting Kopi Dunia 2024 sudah di depan mata. Rasanya ini waktu yang tepat untuk bertemu dengan juara tahun lalu, Taufan Mokoginta. Taufan adalah pemilik Ultra Coffee di Surabaya, Indonesia. Setelah memenangkan Kejuaraan Roasting Kopi Dunia 2023 di Taipei, ia terus membuat langkah besar dalam industri kopi. Yuk, ikuti kami menyelami pengalaman, wawasan, dan motivasi dari seorang Taufan Mokoginta. 

Apa saja kesibukan Anda akhir-akhir ini?
Saya sedang sibuk dengan membuat kelas roasting dan travel ke beberapa negara di Asia. Tujuan saya adalah untuk mengembangkan kopi agriculture dengan meningkatkan hasil dan kualitas kopi Indonesia. Saya tahu, ini merupakan proses jangka panjang, jadi saat ini yang mulai saya lakukan adalah dengan mencoba mengenalkan kopi Indonesia ke seluruh dunia. Setiap kali bepergian, saya membawa kopi Indonesia agar orang-orang dapat merasakan betapa nikmatnya kopi tersebut. Banyak yang mengira kopi Indonesia hanya untuk campuran espresso, tetapi sebenarnya kopi Indonesia sangat serbaguna. Saya ingin semua orang, terutama di luar Indonesia, tahu betapa nikmatnya kopi Indonesia.

Boleh ceritakan perjalanan Anda terjun ke dunia kopi dan apa yang menginspirasi Anda untuk menekuni karir di industri ini?
Setelah lulus SMA pada tahun 2013, saya memulai perjalanan F&B saya dengan membuka kedai makanan ringan di Jakarta bersama beberapa teman. Tak lama kemudian, saya menyadari bahwa saya perlu belajar lebih banyak tentang sisi bisnis. Jadi, saya memutuskan untuk bekerja di kedai kopi untuk mendapatkan pengalaman berbisnis. Di kedai kopi itu, minat saya terhadap kopi berkembang. Seiring dengan semakin banyaknya pengetahuan yang saya peroleh tentang kopi, saya pun menyadari bahwa saya telah jatuh cinta pada kopi itu sendiri.

Kapan Anda mulai perjalanan roasting kopi?
Menariknya, waktu itu saya pernah menjalani berbagai pekerjaan, mulai dari kasir hingga manajer operasional kafe, tetapi belum pernah sebagai roaster. Perjalanan saya dalam menyangrai kopi dimulai saat saya menjadi barista. Sebagai barista, saya menemukan tantangan dalam membuat kopi yang enak itu ternyata sangat berkaitan erat dengan cara menyangrai kopi. Itulah yang memicu rasa ingin tahu saya pada roasting. Saya mulai belajar tentang menyangrai kopi dengan mengikuti kelas, membaca buku, dan mempelajari jurnal online. Lalu pada tahun 2019, saya mulai menyangrai kopi pertama saya.

Apa tantangan Anda saat pertama kali belajar roasting?
Bagi saya, tantangan terbesar adalah memahami struktur dan logika roasting. Kita perlu memahami bagaimana faktor-faktor seperti kadar air, pemrosesan pasca panen, dan kepadatan biji kopi mempengaruhi proses roasting. Software seperti Cropster dapat membantu dalam hal ini.

Karena Anda menyebutkan tentang Cropster, boleh ceritakan apa fitur favorit Anda di Cropster?
Saya menyukai bagaimana Cropster memungkinkan kita menyimpan dan menganalisis data dengan mudah, seperti grafik roasting yang dapat kita lihat untuk meningkatkan teknik roasting kita. Selain itu, Cropster juga membantu memastikan konsistensi dalam produksi kopi.

Apakah Anda memiliki daerah atau jenis kopi favorit yang Anda sukai?
Kopi Indonesia!

Apa tantangan terbesar dalam industri kopi sejauh ini?
Saya pikir tantangan terbesar adalah konsistensi—menghasilkan kopi yang tidak hanya enak bagi pelanggan tetapi juga memenuhi standar bagi para kopi profesional. Di Indonesia khususnya, saya melihat adanya kesenjangan dalam mencapai konsistensi ini.

Bagaimana persiapan Anda untuk WCRC tahun lalu dan apakah Anda yakin bisa menang waktu itu?
Saya mempersiapkannya selama dua bulan. Saya tidak dapat mengatakan apakah saya sangat yakin bisa menang waktu itu, tetapi harapan untuk menjadi pemenang tentu ada.

Adakah fakta menarik selama kompetisi?
Ada, fakta menariknya adalah setiap kali saya berkompetisi, saya tidak 100% familiar dengan mesin yang dipakai. Jadi, saya selalu meluangkan waktu untuk mempelajari fitur-fitur mesin yang digunakan di kompetisi, agar dapat memahami bagaimana cara menyangrai kopi secara efektif dengan mesin tersebut.

Apa saja tantangan selama kompetisi?
Tantangan pertama adalah air yang digunakan untuk cupping. Ketika penyelenggara mengumumkan detail seperti pH air untuk cupping, saya harus menyesuaikan penyangraian saya. Kedua, cuaca & lingkungan saat roasting, terutama karena tahun lalu musim dingin di WCRC Taiwan. Yang berarti cuacanya berbeda dari yang biasa saya alami saat menyangrai kopi di Indonesia. Sehingga, saya harus mempertimbangkan faktor tersebut ketika saya menyangrai kopi. 

Apa momen yang paling berkesan bagi Anda selama mengikuti World Roasting Championship, dan bagaimana rasanya dinobatkan sebagai juara pertama?
Momen paling berkesan adalah ketika mereka mengumumkan Indonesia sebagai pemenang, dan saya yang beruntung mewakili Indonesia saat itu. Saya merasa sangat bangga bahwa Indonesia akhirnya menjadi juara pertama di Kejuaraan Roasting Dunia.

Saran apa yang akan Anda berikan kepada roaster kopi lain yang bermimpi bersaing di tingkat internasional seperti Anda?
Saran saya, berusahalah objektif & menggunakan data sebagai landasan. Sebagai penyangrai kopi, kita sering kali memiliki preferensi sendiri dan cenderung bias, yang dapat mempengaruhi evaluasi cupping kita. Jadi menurut saya, penting untuk tetap objektif dalam penilaian kita.

Apa pendapat Anda tentang industri speciality kopi di Indonesia saat ini?
Saya meyakini speciality kopi industri di Indonesia tumbuh pesat, dengan peningkatan konsumsi kopi dan juga peningkatan kualitas kopi itu sendiri. Menurut saya, masa depan kopi di Indonesia tampak menjanjikan. Namun, tentu masih ada ruang untuk perbaikan dalam hal kualitas.

Apa pendapat Anda tentang pesatnya pertumbuhan kafe-kafe di Indonesia?
Saya yakin ini adalah bukti kerja keras dan optimisme para pecinta kopi di Indonesia. Pertumbuhan ini tentu sangat bermanfaat bagi industri kopi di Indonesia. Selain itu, adanya dukungan pemerintah terhadap industri ini juga merupakan faktor positif.

Pesan untuk calon roaster di Indonesia yang ingin menjadi seperti Anda.
Jangan pernah berhenti belajar, terutama dengan inovasi dan tren yang terus ada di industri kopi. Bagi saya sendiri, setelah memenangkan WCRC 2023, saya masih mengikuti kelas untuk tetap mengikuti perkembangan industri. Jadi ya, jangan pernah berhenti belajar; itulah kunci kesuksesan menurut saya.

Related Posts

Want so see more news?

Have a look now